Halo, saya Afi, wanita yang lahir di sebuah desa kecil di Pemalang, Jawa Tengah, 22 tahun yang lalu. Saya merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Ketika berusia 8 tahun, saya diberi buku novel anak. Sejak saat itu, saya menyukai dunia buku, sastra, dan tulis-menulis. Oleh karena itu, ketika SMA, saya mengambil jurusan Bahasa. Bertemu teman dengan kecintaan yang sama dan hari-hari yang dipenuhi karya sastra, membuat karakter saya berkembang menjadi lebih baik dan peka terhadap realitas sosial. Sampai saat ini, saya menyukai karya sastra khususnya karya-karya Paulo Coelho yang sudah menemani perjalanan dalam mencari mimpi, pengalaman spiritual, dan makna hidup yang mendalam.
Saya menyadari bahwa hal terbaik untuk memperoleh kebahagiaan adalah mengabdi dan membantu orang lain. Oleh karena itu, saya mengambil jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember. Memang, tidak banyak orang yang tahu tentang jurusan tersebut dan saya beruntung mengenalnya pada tahun 2016, sebelum pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada waktu itu, saya sudah mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jurusan Sastra Belanda Universitas Indonesia. Secara tidak sengaja saya melihat jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial di rumpus Soshum. Akhirnya saya berdoa untuk tidak diloloskan dalam SNMPTN. Padahal, kesempatan untuk lolos SBMPTN hampir mustahil karena jurusan saya di SMA adalah Bahasa. Yang mana saya tidak mendapat pelajaran ekonomi, lemah dalam pelajaran matematika, terlebih lagi terhadap pelajaran geografi. Jadi, saya benar-benar harus belajar dari awal, selama satu bulan.
Memutuskan untuk tidak berkuliah sastra adalah keputusan terbesar saya pada masa itu. Sebenarnya, keputusan itu dilatarbelakangi dengan hal yang begitu sederhana, yakni terlalu banyak waktu untuk menonton televisi. Saya melihat banyak kasus kekerasan fisik dan seksual terhadap anak yang disiarkan di televisi. Pada 2016, hampir setiap hari berita yang muncul di televisi adalah berita tentang kriminal. Lalu, saya teringat dengan kenangan masa kecil yang kurang menyenangkan. Saya adalah korban perundungan di sekolah dan tidak ada guru yang memberi perhatian kepada saya. Saya juga tidak pernah terlibat dalam kegiatan sekolah, benar-benar tidak memiliki kesempatan. Saya benar-benar seperti bayangan, menghilang pun tidak ada yang menyadarinya. Hal-hal itu juga yang membuat saya tidak memiliki prestasi apa pun. Nilai sekolah saya pun jelek. Lalu, saya menyadari bahwa perundungan terhadap saya dimulai karena saya sering menolong teman yang dirundung, sehingga saya dianggap mengacaukan rencana perundungan terhadap teman saya tersebut. Padahal saya ingin selalu menolong orang lain. Oleh karena itu, saya banting setir dari sastra ke Ilmu Kesejahteraan Sosial. Saya berdoa dengan niat baik dan merencanakan semuanya dari awal. Saya ingin masuk Ilmu Kesejahteraan Sosial dan fokus terhadap kesejahteraan anak.
Alhamdulillah, Allah mempermudah saya untuk melaksanakan niat itu. Saya lolos di pilihan kedua, yaitu di Universitas Jember. Saya ke Jember tanpa tahu daerah itu ada di Indonesia sebelah mana. Bahkan, saya tidak punya satu pun kakak tingkat atau kenalan yang berkuliah di sana. Sampai akhirnya, saya ditakdirkan bertemu melalui Facebook dengan orang Pemalang, mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember 2014. Sungguh garis yang tidak disangka-sangka. Pada 2016, hanya ada dua mahasiswa dari Pemalang yang berkuliah di Universitas Jember, yaitu saya dan kakak tingkat saya itu. Akhirnya, saya bersama mahasiswa dari Jawa Tengah lainnya, berkumpul, dan berencana membuat paguyuban Jawa Tengah untuk membantu mahasiswa baru yang membutuhkan. Pada tahun pertama, saya terpilih menjadi wakil ketua paguyuban. Hal itu membuat saya begitu aktif dalam berkegiatan kedaerahan.
Selama kuliah, saya aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Saya berpengalaman dalam mengikuti organisasi intra maupun ekstra kuliah, khususnya di bidang sosial dan pendidikan. Saya juga tergabung di Lembaga Pers Mahasiswa Pribadi Merdeka Mahasiswa (LPM PRIMA) agar lebih kritis serta peka terhadap berbagai isu kampus dan masyarakat serta dapat menyalurkan hobi saya dalam menulis. Di LPM PRIMA, saya pernah mengemban dan bertanggung jawab sebagai ketua panitia (2016), kepala penelitian dan pengembangan (2018), serta sekretaris umum (2019). Ketika bertanggung jawab sebagai kepala penelitian dan pengembangan, saya berhasil merekrut anggota baru dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Ini sangat berguna karena LPM PRIMA mengalami permasalahan dalam kuantitas anggotanya. Saya juga kerap kali mengadakan diskusi maupun pelatihan secara rutin untuk menambah kognisi anggota PRIMA. Program kaderisasi memang salah satu pencapaian terbaik saya karena saya berfokus pada kepengurusan bagian internal organisasi dan pengembangan SDM. Oleh karena itu, saya dikenal dengan sebutan ‘ibu’ bagi tiap anggota LPM PRIMA.
Selanjutnya, saya juga terlibat dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial (HIMAKES), baik menjadi panitia maupun pengurus. Bagi saya, kegiatan himpunan begitu berguna dalam peningkatan keterampilan praktik di lapangan. Waktu itu, program HIMAKES adalah pemberdayaan masyarakat desa, sehingga saya melakukan assesment kebutuhan, masalah dan mencari solusi dari permasalahan masyarakat. Saya juga melakukan kegiatan belajar-mengajar untuk anak-anak di Rumah Pelangi Padasan bersama Mahasiswa PMII Rayon FISIP. Saya mencoba berinovasi tentang metode pembelajaran baru khususnya yang berguna dalam pengembangan karakter anak. Misalnya, pengenalan permainan edukatif dan pembuatan buku cerita pop-up. Saya juga mendongeng menggunakan boneka tangan di TK dan pondok pesantren milik alumni PMII Rayon FISIP. Oleh karena itu, saya pun benar-benar menikmati kegiatan bersama anak-anak.
Selama kuliah, saya juga masih bergelut dengan tulis-menulis dan cerita anak. Bedanya, saya beralih genre menjadi nonfiksi. Ini karena selama kuliah, buku bacaan saya adalah buku nonfiksi. Pertama kali mencoba lomba esai yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran UGM, ternyata saya lolos menjadi finalis 10 besar. Kala itu, saya adalah satu-satunya finalis dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sedangkan yang lainnya berasal dari fakultas kesehatan. Namun, saya gagal di presentasi karena persiapan yang kurang matang. Saya mengalami “kebuntuan” dan kehabisan waktu ketika menjelaskan definisi hormon endorfin di depan dokter muda yang menjadi juri dan finalis lain yang semuanya berasal dari fakultas kesehatan. Malu sekali karena saya menjelaskan hal yang tidak saya kuasai di depan orang-orang yang lebih ahli. Ini menjadi evaluasi dan saya menyadari ketika presentasi lomba dengan waktu yang terbatas, saya tidak harus menjelaskan banyak definisi karena juri pasti jauh lebih tahu. Saya cukup fokus terhadap ide yang ditawarkan. Hal itu membuat saya mempersiapkan setiap presentasi dengan matang, termasuk di kelas. Hingga akhirnya saya mendapat beberapa prestasi yang cukup membanggakan. Seperti juara 2 dalam Call for paper di UGM, best essay dalam lomba esai nasional Pekan Raya Sosiologi, best presentation dan best poster dalam PKM Raya, lolos pendanaan PKM Penelitian Sosial Humaniora, hingga pada tahun 2019, saya berhasil menjadi mahasiswa berprestasi utama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan juara 3 di tingkat Universitas Jember.
Tak terasa saya sudah hidup selama 22 tahun. Banyak mimpi-mimpi saya yang sudah tercapai. Saya bahkan sudah pernah bekerja Yayasan STAPA Center dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Itu berarti saya bekerja di lapangan dan di pusat tempat perencana kebijakan. Kedua pekerjaan tersebut sangat berkolerasi dengan jurusan saya. Selama kuliah, saya melakukan praktik pemberdayaan masyarakat desa hingga mendapat sertifikasi pekerja sosial dari Kementerian Sosial. Ketika bekerja di STAPA Center, saya mendampingi petani dan buruh tani tembakau beserta keluarganya di Desa Sumberkalong. Saya juga mengorganisasikan relawan lokal untuk mengelola Rumah Kreasi. Rumah Kreasi adalah wadah untuk memberikan pendidikan keterampilan hidup pada anak-anak yang rentan terlibat dalam pekerjaan di pertanian tembakau. Selama bekerja, saya juga bersinergi dengan pemerintah, sehingga saya banyak melaksanakan program dari kementerian lembaga pusat seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kini, saya juga mensukseskan berbagai program dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Saya bertugas untuk menyiapkan bahan sambutan maupun paparan hingga ikut membantu menyusun petunjuk teknis. Sehingga saya banyak mengkaji isu-isu terkait desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi. Pengalaman bekerja tersebut, membuat saya tahu tentang praktik-praktik pembangunan desa. Bahwa pembangunan desa berjalan lambat karena pembangunan desa masih fokus pada pembangunan fisik dan tidak partisipatif. Sehingga masih ada kelompok masyarakat yang kesulitan mengakses pembangunan desa seperti anak-anak, orang tua, kelompok disabilitas dan perempuan rawan ekonomi.
Hal tersebut membuat saya menyadari pentingnya Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam penyusunan kebijakan agar program yang disusun benar-benar sesuai dengan kebutuhan, masalah dan potensi yang ada di masyarakat desa. Sehingga intervensi penyelesaian masalah dimulai dari akar. Selama ini, pada jenjang S-1 Ilmu Kesejahteraan Sosial fokus pada praktik pemberdayaan masyarakat desa. dengan basic ilmu praktik di S-1 Ilmu Kesejahteraan Sosial, saya membutuhkan pengembangan pengetahuan dan kemampuan praktik di bidang kebijakan yang berbasis kesejahteraan sosial. Untuk itu, saya membutuhkan untuk melanjutkan study S-2 dengan fokus peminatan pembangunan sosial, kebijakan sosial dan otonomi lokal. Sehingga saya dapat mencari solusi untuk meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat rentan dan mampu mengakomodir hak-haknya. Saya ingin mempromosikan ilmu-ilmu tentang Kesejahteraan Sosial dengan cara mencetak berbagai buku dan jurnal mengenai praktik-praktik Ilmu Kesejahteraan Sosial dan mencetak lulusan Ilmu Kesejahteraan Sosial yang berkompeten agar mampu berperan dan mengisi posisi-posisi strategis dalam penanganan masalah sosial yang ada di Indonesia. Saya juga ingin mempromosikan perlindungan terhadap kelompok rentan agar masyarakat peduli dan ikut melindungi kelompok masyarakat yang rentan sehingga tercipta perlindungan yang integratif dan desa menjadi tempat yang ramah untuk perkembangan anak, disabilitas, kaum lansia dan juga perempuan.